4 Agustus 2014 Alhamdulillah pesawat fokker 50 milik Transnusa yang kami tumpangi dari Alor mendarat dengan selamat dan tepat waktu di Kupang. saya harus segera berganti pesawat menuju Ende, dan benar saja petugas counter mengatakan bahwa pesawat sudah siap untuk di berangkatkan. bagasi saya dari Alor belum sempat di ambil. saya minta bantuan petugas Transnusa untuk mengambil bagasi tersebut dan langsung memindahkannya ke pesawat yang akan saya tumpangi menuju Ende. agak khawatir juga nih, kalau sampai ketinggalan bagasi bisa repot karena pakaian dan perlengkapan saya ada disana semua. Angin bertiup kencang di bandar udara El Tari Kupang, berharap penerbangan pagi ini menuju Ende baik-baik saja. 50 menit kemudian pesawat jet BAe-146-200 milik Aviastar (bekerjasama dengan Transnusa) yang membawa kami tiba di bandar udara H. Hasan Aroeboesman - Ende. perut mulai terasa lapar karna tadi pagi hanya sarapan seadanya. di dekat pintu keluar bandara saya mulai di tanya-tanya dan di tawari kendaraan oleh orang-orang. saya bilang mau pergi cari makan di dekat sini, budget Rp. 5.000,- untuk naik ojek, namun ada satu orang pemilik mobil yang bersedia menerima di bayar Rp. 5.000 untuk mengantarkan saya ke tempat makan terdekat. awalnya saya masih gak percaya, tapi dia meyakinkan saya bahwa dia ikhlas membantu. bismillah, saya beranikan diri untuk menaiki kendaraannya. tempat makan yang saya tuju sedang tidak buka, mungkin karena masih suasana lebaran. untunglah di dekat situ ada RM Padang Saiyo, saya minta berhenti disana. sebelum keluar mobil dan membawa turun backpack 60L dengan berat hampir 13 Kg, sopir mobil tersebut mengatakan kalau seandainya saya percaya dia maka sebaiknya barang-barang tersebut tidak usah di turunkan, nanti dia akan jemput lagi untuk mengantarkan saya ke pangkalan mobil travel menuju Moni. setelah berkenalan, meminta no Hp dan yang bersangkutan tidak keberatan untuk di foto, saya melangkah keluar mobil dan langsung masuk ke dalam RM Padang. sebelum turun saya menyerahkan uang Rp. 10.000,- sebagai tanda terimakasih sudah mengantarkan (padahal awalnya saya hanya mau membayar Rp. 5.000 dan dia menyetujui). setelah selesai makan, saya sempatkan untuk mengobrol singkat dengan pemilik Rumah Makan yang juga orang Minang. obrolan pun mengalir lancar dan seru tentang rencana perjalanan saya, hingga akhirnya kami bertukar nomor handphone. tak lama kemudian saya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. mobil yang tadi saya tumpangi dari bandara masih setia menuggu di halaman parkir rumah makan, tampaknya pelayan di rumah makan juga kenal dengan sopir tersebut. masih cukup waktu nih sebelum saya melanjutkan perjalanan menuju desa Moni. saya minta di antarkan ke tempat pengiriman barang terdekat karna mau mengirimkan pulang baju-baju kotor selama di Alor. lumayan kan bisa mengurangi beban di backpack. tak jauh dari tempat pengiriman barang, saya singgah sejenak di rumah pengasingan bung Karno. suasana rumah nampak asri, terawat dan bersih namun tak nampak petugas yang berjaga. saya datang hampir jam 12 siang, mungkin saja petugasnya sedang istirahat makan siang. ya biar sajalah, yang penting saya mengisi buku tamu dan mengisi sumbangan di tempat yang telah di sediakan. saya hanya mendapatkan informasi dari membaca papan petunjuk yang ada di dalam rumah. setelah selesai mengunjungi situs rumah pengasingan Bung Karno, saya minta di antarkan ke pangkalan travel yang menuju Moni. saya berpamitan dengan Ricardo (sopir yang telah mengantarkan saya selama di Ende). saya merasa segan dan jadi tidak enak hati dengan Ricardo, karena selama saya minta di antarkan ke berbagai tempat di Ende, dia tidak pernah menanyakan atau meminta saya untuk membayar. makanya sebelum berpindah ke mobil travel yang menuju Moni, saya memberikan uang Rp. 50.000,- sebagai tanda terimakasih sudah menemani dan mengantarkan saya mengitari Ende selama 2,5 jam. udah gak mikir murah atau mahal ngasih segitu karena kebaikannya. Nah.... pas banget nih, ada mobil Avanza yang siap untuk berangkat menuju Maumere, saya mencoba nego ongkos ke Moni namun mereka tetap maunya saya membayar Rp. 50.000,- daripada harus menunggu lama dan beresiko kesorean tiba di Moni, saya terpaksa menyetujuinya. jalan yang berkelok-kelok, sementara sopir menyetir dengan ngebut, ditambah lagi bau asap rokok membuat saya agak mual. ternyata bukan hanya saya saja yang merasa mual, seorang Ibu yang duduk di bangku belakang malah muntah. adduuhhhh, jangan sampai saya ikutan muntah dech, be strong.... menurut informasi dari pengelola penginapan Palm Bungalow, saya harus turun di depan hotel Flores Sare. tak berapa lama menunggu saya di jemput dengan motor dan diantarkan menuju penginapan yang terletak di desa Koanara. saya tidak melihat angkutan umum yang melewati penginapan ini, sehingga kita harus berjalan kaki atau menggunakan ojek menuju jalan raya Ende - Maumere. penginapannya cukup nyaman, tersedia air panas untuk mandi, maklum disini udaranya sangat dingin. tak mau berlama-lama di penginapan, saya minta dicarikan ojek untuk mengunjungi air terjun Murundao. letaknya cukup tersembunyi dan agak jauh dari jalan raya namun jalan setapak menuju air terjun sudah bagus. hari mulai gelap dan tak ada aktivitas yang mau saya lakukan di luar, apalagi udara di luar juga dingin membuat saya memilih berada di kamar. selepas makan malam dan menunaikan ibadah shalat Isya, saya segera tidur. zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.......................... jam 4.20 subuh saya berangkat dengan ojek menuju Kelimutu, berharap bisa menyaksikan matahari terbit. udara dingin masih terasa ke kulit meskipun saya sudah memakai jaket dan kaus kaki. tiket masuk sudah di tangan, waktu shalat Subuh pun telah tiba. untunglah di dekat loket penjualan tiket ada mushalla, sehingga saya bisa menunaikan shalat Subuh. yuk, lanjut lagi naik ojek menuju parkiran. kabut tebal menghalangi pandangan melihat jalan yang akan di lewati, untunglah pak Patrianus (tukang ojek) mengenal dengan baik jalan disini. hujan rintik-rintik mengiringi langkah kaki kami berjalan menuju puncak, kabut pun masih belum beranjak pergi. sepertinya saya belum beruntung untuk menyaksikan matahari terbit di Kelimutu. hampir 3 jam menanti, akhirnya kabut mulai menipis dan cahaya matahari menyinari gunung Kelimutu. Subhanallah, saya merasa takjub melihat pemandangan disini, 3 buah kawah dengan warna air yang berbeda. jari-jari tangan yang telah kedinginan sedari tadi langsung bersemangat untuk menekan tombol shutter kamera. di puncak Gunung Kelimutu terdapat 3 buah danau yang berbeda dan berubah warna setiap tahunnya, akibat aktivitas gunung. masyarakat setempat mempercayai perubahan warna pada ketiga danau berkaitan dengan dinamika sosial dan politik yang terjadi di Indonesia. Alhamdulillah bisa juga menyaksikan keindahan danau tiga warna Kelimutu, saatnya kembali ke penginapan dan check out. saya akan melanjutkan perjalanan menuju Bajawa. setelah 1 jam menunggu angkutan umum di pinggir jalan dekat Pusat Informasi Pariwisata, akhirnya saya dapat menumpang bemo (angkot kecil) menuju Ende. rencana awalnya, saya akan langsung menuju Bajawa, namun karena berangkat dari Moni sudah siang, jadi tidak memungkinkan untuk lanjut ke Bajawa hari ini. perjalanan saya sedikit melenceng dari rencana awal, jadi dengan terpaksa saya harus menginap di Ende. namun saya belum tahu akan menginap di mana nih. dalam perjalanan menuju Ende, saya teringat dengan pemilik RM Saiyo di Ende yang saya jumpai kemarin waktu baru tiba di Ende. beliau biasa di panggil dengan nama bunda saiyo. saya telepon bunda saiyo untuk minta tolong dicarikan penginapan yang murah. eehh.... tak disangka, bunda saiyo menawarkan saya untuk menginap di salah satu rumahnya. sebuah penawaran yang susah untuk di tolak hehehe..... di rumah itu saya di temani 2 orang pekerja beliau, namanya Tres dan Linda. Tres adalah orang kepercayaan bunda saiyo dalam mengelola rumah makan. mereka ramah, sangat baik dan asyik untuk di ajak ngobrol. badan saya terasa fit setelah tidur nyenyak tadi malam. shalat subuh dan mandi pagi menambah kesegaran tubuh. tak ketinggalan sarapan pagi biar nanti gak kelaparan di jalan, apalagi perjalanannya cukup jauh, memakan waktu lebih kurang 4 jam. Jam 7 pagi, saya sudah di jemput oleh mobil Elf yang akan mengantarkan ke Bajawa. saya sengaja memilih tempat duduk di sebelah kiri dekat jendela biar bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan. dan benar saja, pemandangan laut di pesisir Ende sangat mengagumkan. pasir hitam dan batu-batu besar diterjang debur ombak menghiasi pinggir pantai, mencerahkan pandangan mata kita. selepas dimanjakan dengan pemandangan laut, jalanan mulai mendaki dan berkelok-kelok. tak berapa lama kemudian kita di sambut oleh pemandangan bukit yang sejuk dan di kejauhan terlihat gunung Inerie. saya sudah berpesan ke pak sopir agar di turunkan di dekat jalan menuju kampung Bena, jadi gak perlu sampai ke kota Bajawa. saya melanjutkan perjalanan ke Kampung Bena dengan ojek motor. backpack yang berat ini menyulitkan saya untuk duduk nyaman di ojek, apalagi jalanan yang mendaki dan menurun serta berliku. untunglah di pertengahan jalan, saat berhenti di panorama Manalu, saya bertemu dengan salah seorang penjaga vila bernama Ino. saya menitipkan backpack di rumahnya, jadi perjalanan ke Kampung Bena terasa lebih nyaman dan gak ribet dengan barang bawaan. menjelajahi Flores seorang diri memberikan pengalaman yang tak ternilai harganya bagi saya. kemudahan yang diberikan Allah SWT melalui pertolongan orang-orang baik yang saya temui, sungguh tak di sangka. kebanyakan mereka terheran-heran mengetahui saya jalan sendirian di Flores hehehehe..... selesai sudah berkeliling ria di Kampung Bena. saya masih harus melanjutkan perjalanan menuju Ruteng. ojek yang saya tumpangi mengantarkan ke terminal bus. begitu turun dari ojek, saya ditanya-tanya oleh orang setempat, mau kemana? saya bilang mau ke Ruteng. dan tak berapa lama kemudian, orang tersebut memberitahu saya bahwa ada mobil travel yang sedang dalam perjalanan di dekat sini. daripada menunggu lama, saya mengiyakan penawaran tersebut. tak nampak rumah makan yang mumpuni di tempat saya menunggu mobil, jadi terpaksa makan mie instan aja di warung. lumayanlah bisa mengisi perut. setibanya di Ruteng jam 7 malam, saya menuju Sindha Hotel. saya gak nginap di sini koq, tapi di homestay pemilik Sindha Hotel ini, namanya pak Stefanus. beliau sangat baik dalam memberikan pelayanan, saya di antarkan ke homestay yang terletak tidak jauh dari hotel. pak Stefanus pula yang mencarikan ojek untuk mengantarkan saya menjelajahi Ruteng. dengan menggunakan ojek motor saya di bawa menelusuri jalan berkelok, mendaki dan menurun untuk melihat sisa-sisa kehidupan manusia prasejarah homo floresiensis di Liang Bua. jalanan yang tidak mulus membuat posisi duduk saya kurang nyaman. berharap ada jalan lain namun tak ada pilihan, untunglah pemandangan sepanjang perjalan mampu mengalihkan pandangan saya dan tidak terlalu menghiraukan kenyamanan ojek ini. suasana di sekitar gua sangat sepi, hanya ada 1 orang petugas jaga dan 1 orang penduduk lokal. kondisi gua Liang Bua cukup dingin, terasa nyaman berada disini apalagi bisa berlindung dari terik panas matahari. masih terlihat bekas galian dari peneliti beberapa hari sebelumnya yang menemukan tulang-tulang. tempat ini memang di lindungi untuk kepentingan penelitian. warna-warni batuan yang membentuk gua ini sungguh menarik. Transportasi:
tiket pesawat dari Kupang - Ende Rp. 539.000,- ongkos mobil dari Ende - desa Moni Rp. 50.000,- ojek ke air terjun Murundao, kolam air panas, desa adat Rp. 30.000,- ojek ke TN. Kelimutu Rp. 100.000,- ongkos bemo (angkot) dari desa Moni - Ende Rp. 25.000,- ongkos mobil Elf dari Ende - Bajawa Rp. 80.000,- ojek ke desa Bena Rp. 50.000 ongkos mobil dari Bajawa - Ruteng Rp. 80.000,- ojek selama di Ruteng Rp. 100.000,- ongkos mobil dari Ruteng - Labuan Bajo Rp. 80.000,- Penginapan : penginapan dan makan malam di Palm Bungalow Rp. 100.000,- penginapan di Ruteng Rp. 150.000,- Referensi: Rumah Makan Saiyo, masakan Padang alamat: Jl. Kelimutu, Ende - Flores. Telp. (0381) 21561. rental mobil hubungi: Ricardo, HP. 0853 33209992 Ojek ke Kelimutu hubungi : Patrianus, HP. 0813 38554827 Palm Bungalow di desa Moni, hubungi Robert, HP 0823 28098244 Homestay Al Hidayah di Ende, Jl. Yos Soedarso, HP. 0822 37884740 Homestay di Ruteng, hubungi pak Stefanus, HP. 0812 36659525
22 Comments
30 Juli 2014, Jam 1.30 WIB pagi saya sudah check in di terminal 3 bandar udara Soekarno Hatta, cengkareng. pesawat Batik Air http://www.batikair.com membawa kami terbang selama 3 jam menuju Kupang. setelah itu harus melanjutkan lagi dengan pesawat Transnusa menuju Alor. oh ya hampir saja saya ketinggalan pesawat karna ada perubahan jadwal dari Transnusa dan informasinya gak sampai ke saya. menurut petugas ticket di airport Kupang, informasi tersebut tidak sampai karna nomor handphone saya tidak ada di sistem mereka, yang ada hanya nomor telp tempat saya membeli tiket yaitu http://www.nusatrip.com padahal waktu beli tiket tersebut saya mencantumkan nomor handphone saya. tiket pesawat saya seharusnya jam 14.00 WITA namun di gabung dengan penerbangan jam 10.00 WITA. saya beruntung dapat duduk di dekat jendela jadi bisa melihat pemandangan keren dibawah sana. rasa kantuk pun tiba-tiba menghilang berganti menjadi rasa syukur atas indahnya karunia Tuhan di muka bumi. Alhamdulillah tiba dengan selamat di bandar udara Mali, Alor dan kami di jemput oleh pemilik penginapan. sepanjang perjalanan menuju penginapan disebelah kiri jalan terhampar pemandangan laut yang mempesona, tangan udah gatel aja mau motret hehehe. di penginapan sudah disediakan makan siang, pas banget nih karna perut memang sudah lapar. istirahat dulu ya, masih ngantuk nih karna kurang tidur. lumayanlah bisa tidur sebentar untuk memulihkan tenaga. jam 4.00 kami berangkat menuju dermaga kokar untuk menyaksikan matahari terbenam. perjalanan dari penginapan menuju dermaga Kokar cukup jauh lebih kurang 1,5 jam namun sepanjang perjalanan kita akan dimanjakan dengan pemandangan pantai yang luar biasa keren. 31 Juli 2014 hari ini kami akan berkeliling pulau di sekitar Alor dan snorkeling sepuasnya. perlu stamina yang fit biar gak lemes di laut, jadi harus sarapan pagi dulu. gak perlu repot cari sarapan di luar karna sudah di sediakan di penginapan. ayo sekarang kita ke dermaga Alor Kecil. Spot snorkeling pertama yang di kunjungi adalah pantai Sabanjar. sebaiknya bawa alat snorkeling sendiri karna disini agak susah untuk mencari penyewaan dan kalo pun ada, alatnya kurang nyaman untuk di pakai. sayangkan udah jauh-jauh datang ke Alor tapi gak bisa nikmati alam bawah lautnya. Alor sungguh mempesona, tak cukup kata yang dapat saya ungkapkan untuk dapat menceritakan keindahannya. sebuah nikmat Tuhan yang tiada terkira bisa menikmati sore hari yang cerah di lautan, memandang birunya langit dihiasi awan putih dan birunya laut yang tenang dengan di kelilingi pulau-pulau. angin sepoi-sepoi melenakan saya, membawa angan terbang melayang. andai saya........ aaaahhhhhhhhhhhhh..... 1 Agustus 2014 menggunakan kapal motor yang sama dengan hari kemarin, kami menuju pulau ternate untuk snorkeling. spot pertama yang akan di kunjungi adalah di Biatabang. air laut yang bening memungkinkan kita untuk melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang ada di dalamnya. gak perlu harus bisa menyelam untuk menikmati pemandangan bawah lautnya, cukup gunakan kacamata renang lalu masukkan kepala ke air dan taraaraa..... lihat lah keindahannya. saya harus lebih sering lagi berlatih memotret dengan akurat di dalam air, sekarang ini masih kurang bagus hasilnya. i'll keep on learning..... promised. setelah selesai snorkeling di Biatabang, kapal motor kami mengarah ke Uma Pura, sebuah perkampungan penduduk pengrajin tenun ikat. jalan menuju perkampungan sudah di beton meskipun agak sempit, jadi nyaman untuk dilewati. di kanan jalan terhampar pemandangan laut yang sangat indah. gradasi warna nya sungguh mempesona. Subhanallah, karya Tuhan memang luar biasa. di dunia aja sudah begini indahnya, gimana nanti di surga ya? mungkin saja ini baru setitik surga alam. Subhanallah....... MasyaAllah.......... hanya kalimat zikir yang mampu terucap untuk mensyukuri nikmat ini. beragam warna dan motif tenun yang dapat kita beli di kampung Uma Pura - Pulau Ternate, Alor, Nusa Tenggara Timur. mereka menggunakan pewarna alam seperti dari kunyit untuk warna kuning, dari pohon nila untuk warna indigo. warna hijau dihasilkan dari teripang, sementara warna ungu dihasilkan dari olahan cumi-cumi. ada 2 jenis bahan tenun yang saya jumpai yaitu dari bahan sintetis dan kapas yang di pintal sendiri. kwalitas dan harga tentunya juga berbeda. tenunan yang berasal dari kapas terasa lebih tebal dan kesat, sedangkan yang terbuat dari benang pabrik terlihat mengkilap dan kurang kesat. harga yang di tawarkan masing-masing penenun juga berbeda, kita bisa menawar nya koq. kisaran harga tenun mulai dari Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 1.000.0000,- tergantung keahlian kita menawar. selesai sudah berbelanja tenun ikat khas Nusa Tenggara Timur, saatnya makan siang di kapal. nasi kuning dengan lauk ayam goreng dan tempe sudah dibungkus dari tadi pagi, maklum disini agak sulit mencari warung makan. makan bersama itu membawa berkah, semuanya terasa nikmat. setelah selesai makan, kapal mulai bergerak menuju spot snorkeling berikutnya, Java Toda. tetapi karena teman-teman kurang tertarik untuk snorkeling disini jadi kami hanya singgah sebentar. snorkeling lagi di pulau pura, melihat ikan barakuda. gak lama kemudian terbawa arus 2 Agustus 2014 setelah selesai shalat Subuh, saya berjalan-jalan di pinggir pantai dekat penginapan. menunggu matahari pagi menampakkan dirinya dari balik bukit. warna emas yang menyinari langit pertanda matahari akan segera muncul, cahayanya mulai memberi kehangatan di bumi Alor. tak lama berselang, warna langit berubah menjadi biru terang, pertanda hari beranjang siang. gak pake mandi pagi yang penting sarapan hehehe.... air tawar di pulau kepa sedikit terbatas, jadi lebih baik mandi di penginapan yang di Alor, bisa lebih leluasa dan puas mandinya. Riwayat Al Qur'an kulit kayu. Al Qur'an tua ini terbuat dari kulit kayu dengan pembungkus berupa kotak dari kayu. dibawa ke Alor Besar oleh Bapak Iang Gogo yang merantau dari Ternate (Maluku Utara) bersama keempat saudaranya dengan misi penyebaran agama Islam. pada tahun 1982, terjadi kebakaran besar yang melanda rumah pondok tempat menyimpan Qur'an tua ini yang menghanguskan rumah beserta seluruh isinya, termasuk semua benda -benda peninggalan Bapak Iang Gogo, tetapi anehnya Qur'an tua ini tidak ikut terbakar dan masih utuh hingga saat ini. sesampainya di penginapan, saya buru-buru mandi karna setelah ini kami akan mengunjungi suku Abui di desa Takpala. sayang sekali waktu kami terbatas, jadi gak bisa berlama-lama di desa Takpala. masih banyak tempat lain yang harus di kunjungi. 3 Agustus 2014
raungan sirine di bandar udara Mali mengagetkan saya, ternyata itu adalah pertanda pesawat akan mendarat. berarti sebentar lagi kami juga akan berangkat meninggalkan Alor. 10 menit kemudian, petugas Transnusa menyampaikan pengumuman bahwa pesawat tidak bisa mendarat karna angin kencang dan harus kembali ke Kupang. untuk itu kami di minta menunggu sampai pemberitahuan selanjutnya. hhhhhhhhhhmmmmmmm...... berapa lama nih harus menunggu. penerbangan dari Alor menuju Kupang lebih kurang 50 menit. kalau cuaca sudah memungkinkan, pesawat akan terbang kembali ke Alor dengan waktu tempuh yang sama. berarti lumayan lama juga untuk menunggu di bandara. setelah berkoordinasi dengan petugas Transnusa, kami memutuskan untuk mengisi waktu di pantai Maimol yang terletak tidak jauh dari bandara. 1 jam kemudian kami kembali ke bandara, namun belum ada kabar tentang penerbangan hari ini. kecepatan angin maksimal untuk pesawat mendarat adalah 10 knot, sementara saat ini kecepatan angin mencapai 23 knot. what we can do?????? ini kan kehendak alam, kita tak mungkin menentangnya. sementara itu teman-teman sudah mulai resah karena penerbangan lanjutan hari ini menuju Jakarta menggunakan airlines yang berbeda, artinya kalau tidak tiba tepat waktu maka tiket yang sudah di beli akan hangus. duuuuhhhh, gimana ini? menjelang jam 4 sore, petugas Transnusa mengumumkan bahwa penerbangan hari ini dibatalkan karna cuaca tidak memungkinkan untuk pesawat mendarat. penerbangan akan di alihkan keesokan hari. ya sudahlah, kami terpaksa kembali ke penginapan dengan menyewa mobil. untunglah masih ada kamar yang tersedia. Biaya perjalanan ini terdiri dari: ticket Jakarta - Kupang by Batik air Rp. 1.301.900,- ticket Kupang - Alor by Transnusa Rp. 630.000,- ticket Alor - Kupang by Transnusa Rp. 713.000,- tambahan biaya (karna cancel flight transnusa) penginapan dan makan malam Rp. 125.000 trip organizer by @Tukang_Jalan Rp. 2.950.000,- yang didapat:
ada juga homestay di Alor Kecil yang bisa di sewa. call/sms +6282122116689 or +6281337966161 |
Liza
Seorang perempuan biasa yang selalu ingin menambah ilmu dan pengalaman. Archives
March 2019
Categories
All
|