Penghujung tahun 2016 menjadi rekor perjalanan mendaki gunung bagi saya. 2 kali dalam 1 bulan mendaki gunung yaitu gunung Guntur dan Gunung Prau. saya belum tahu banyak tentang perjalanan ini, gak sempat cari-cari info, jadi pasrah aja di ajak teman-teman. bermodalkan GPS kami (saya Liza, Aank, bang Noenk, Faizin, Hadi, Kaz dan mba Tri) berangkat dari Jakarta, hari Jum'at jam 9 malam, menuju Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Jam 10 pagi kami memulai perjalanan dari basecamp Patak Banteng. menaiki anak tangga yang jumlahnya ratusan dengan kemiringan yang tajam ternyata sudah membuat saya kewalahan, efek kurang olah raga hehehhee salah satu oleh-oleh khas dari Dieng adalah Carica yang merupakan tanaman asli dari datarang tinggi Dieng. hanya tumbuh pada ketinggian 1700 - 2000 mdpl. Carica Dieng mempunyai aroma yang harum segar, citarasa sangat eksotis, bertekstur kenyal dengan warna kuning keemasan. Carica Dieng tidak dapat di konsumsi langsung, hanya dapat dinikmati setelah diolah menjadi koktail, sirup, selai atau sejenisnya. Carica mengandung serat alami yang tinggi, vitamin A, Vitamin C, mineral dan enzim proteolitik khimo papain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. berkhasiat meningkatkan stamina, menyehatkan pencernaan, mencegah kanker usus besar dan dapat mencegah terbentuknya batu empedu.
2 Comments
saya dan 5 orang teman (bank Noenk, Aank, Triyani, Kasiani dan Novi) memulai perjalanan kami dari halaman parkir gedung JDC Slipi sekitar jam 20.30 WIB menuju Base Camp Bambangan di Purbalingga, Jawa Tengah. Tol dalam kota masih padat dan laju kendaraan sangat lambat sehingga harus bersabar untuk bisa keluar dari Ibukota Jakarta. setelah beberapa jam perjalanan, kami beristirahat sejenak di rest area KM 102 tol Cipali (cikopo - palimanan). dengan mengandalkan GPS yang di pasang di mobil, akhirnya kami tiba di Base Camp Bambangan, Purbalingga, tepat ketika azan subuh mulai berkumandang. saatnya menunaikan kewajiban kepada sang Maha Pencipta alam semesta. ketika keluar dari mobil, saya langsung merasakan udara dingin khas dataran tinggi. suara azan subuh baru saja berkumandang menandakan waktu shalat subuh telah tiba. senandung azan memanggil saya menuju mushala untuk berwudhu dan menunaikan shalat Subuh 2 rakaat. di dekat base camp ada banyak warung-warung untuk jajan, saya menuju salah satu warung dan menikmati sarapan pagi untuk menghangatkan badan dan menambah tenaga sebelum mendaki Gunung Slamet. Jam 6.10 pagi, kami memulai pendakian dari gerbang pos Bambangan menuju Pos 1. spanduk peringatan "Anda tidak siap mendaki, silahkan mundur sekarang juga!!!" yang terpampang di gerbang pendakian cukup menggetarkan hati saya. maklum lah saya bukan pendaki gunung yang terlatih. berbekal tekad ingin merasakan pengalaman baru, saya memberanikan diri untuk memulai pendakian menggapai puncak Gunung Slamet. Matahari pagi mulai menampakkan sinarnya, menerangi langkah kaki kami berjalan mendaki mengikuti jalan setapak di sekitar hamparan ladang sayur milik penduduk. saya jadi teringat trek yang hampir sama dengan perjalanan ke Gunung Gede melalui jalur gunung putri. setelah melewati ladang sayur, trek berganti dengan jalan tanah dan rerumputan lalu bertemu dengan lapangan yang ada di sebelah kiri jalan. pohon pinus menjulang tinggi di sekitar trek menuju pos 1. tak berapa lama setelah melewati lapangan, kami berhenti sejenak di warung yang menjajakan makanan dan buah. saya membeli buah pisang dan semangka yang terasa segar di tenggorokan. lalu lanjut lagi jalan menuju Pos 1. Jarak datar dari base camp Bambangan menuju Pos 1 (Pondok Gembirung) adalah 2065 meter dengan beda tinggi + 540 meter. Jam 8 pagi, kami tiba di Pos 1 (Pondok Gembirung) yang berada di ketinggian + 1990 mdpl. istirahat sejenak menurunkan keril dari pundak, duduk santai di warung menikmati buah pisang dan semangka sambil menikmati segarnya udara pegunungan. tak berlama-lama di sini, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos 2. jarak datar dari pos 1 menuju pos 2 adalah + 725 meter, dengan beda tinggi + 255 meter. para pendaki biasanya membutuhkan waktu 40 - 60 menit untuk sampai di pos 2. trek yang di lalui semakin menantang, tanahnya padat dan kemiringannya lumayan bikin nafas ngos-ngos an. pemandangan hijau penuh pesona terhampar luas di depan mata sebagai penghibur fisik yang mulai capek berjalan. jam 9.20 kami tiba di pos 2 (Pondok Walang) yang berada di ketinggian 2256 mdpl. lebih kurang 1,5 jam perjalanan dari pos 1. kalo menurut informasi di papan penunjuk sih butuh waktu 60 menit, yaaa saya pendaki pemula, jadi lebih lambat dari pendaki lainnya. di pos 2 kami istirahat sejenak, menikmati makanan dan minuman. ada beberapa pedagang di sini, jadi gak perlu khawatir kekurangan logistik selama masih bawa uang tunai. tak berlama-lama di pos 2, kami kembali melanjutkan perjalanan. perlahan tapi pasti saya melangkahkan kaki selangkah demi selangkah mengikuti trek yang menanjak. setiap kali menatap jauh ke depan, saya merasa ragu untuk melanjutkan. terlihat curam dan seperti tiada ujungnya. awalnya masih semangat untuk memotret, tapi lama kelamaan, kamera saya simpan aja. fokus pada nafas dan langkah kaki untuk mencapai pos berikutnya. biarlah memori di otak yang merekam dan menyimpan indahnya alam yang di lalui selama pendakian ini. setelah melewati perjalanan panjang nan melelahkan, jam 1 siang akhirnya sampai juga di pos 5. waktunya untuk pasang tenda, meletakkan keril dan istirahat. sekitar jam 4 sore, turun hujan. awalnya hanya gerimis namun lama kelamaan semakin deras. kami hanya bisa berdiam di dalam tenda dan menikmati suara nyanyian hujan yang turun dari langit. sepertinya hujan enggan berhenti menyirami bumi, hingga malam pun hujan tak jua reda. ya udah dech, mending tidur aja........ jam 2 subuh, saya terbangun dan segera menyiapkan perlengkapan summit. berganti pakaian, lalu di lapisi jaket, di lengkapi dengan head lamp, sarung tangan, kaus kaki dan sepatu. saya membawa air minum 600 ml, jas hujan, mukena, sajadah, kamera DSLR, goPro, topi, tissue basah dan kering, semuanya dimasukkan dalam dry bag agar tidak basah. yuukkk kita menggapai puncak gunung slamet. menurut informasi yang tertera di papan penunjuk jalan, jarak datar menuju pos 6 (Samyang Ketebonan) adalah + 340 meter, dengan beda tinggi + 150 meter. biasa di tempuh dalam waktu 20 - 30 menit. saya sangat bersemangat melangkah menuju puncak, masih ada beberapa pos yang mesti di lewati. dalam malam yang pekat tak ada pemandangan yang bisa di nikmati, hanya lampu-lampu para pendaki yang menjadi penanda. Allahu Akbar.......Alhamdulillah..... menjelang jam 6 pagi, akhirnya saya bisa berada di puncak Gunung Slamet. saya segera mencari tempat bisa di gunakan untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. angin sangat dingin berhembus kencang. jari-jari tangan saya terasa beku, apalagi ketika harus berwudhu. ampuun deechh... benar-benar berjuang untuk melawan rasa dinginnya. saya sudah menyiapkan alas plastik dan sajadah untuk tempat shalat. berusaha mendapatkan tempat yang datar namun gak kebagian, terpaksa di tempat yang agak miring. gak pa pa lah, yang penting gak boleh lewatin kewajiban kepada sang Maha Pencipta alam semesta. setelah selesai shalat Subuh, saya mencari teman-teman yang telah terpencar, sibuk berfoto-foto ria. bisanya saya suka untuk memotret, namun kali ini agak menyerah dengan keadaan alam. angin yang sangat dingin membuat jari-jemari saya terasa kaku dan terasa nyaman berada di dalam sarung tangan. jadi kamera DSLR dan goPro lebih banyak istirahat. kabut putih menyelimuti Gunung Slamet, namun sesekali tertiup angin sehingga kami dapat melihat keindahan di bawahnya. namun sedetik kemudian kembali tertutup kabut. lebih kurang 1 jam berada di puncak gunung slamet, kami segera kembali turun. kali ini saya bisa melihat dengan jelas medan yang harus di lewati, curam dan berbatu. pantesan tadi subuh waktu mendaki terasa ngos-ngos an banget, ternyata oh ternyata..... selangkah demi selangkah, dengan bantuan tongkat kayu yang di berikan pendaki lain, saya mulai menuruni lereng di puncak gunung slamet. sekali waktu, saya hampir kena batu yang menggelinding dari atas lereng. medan batuan vulkanik ini licin dan mudah lepas dari tanah. 1 jam berlalu, kami pun tiba di pos 9 (Pelawangan) + 3150 mdpl. saya merasa lega setelah melewati medan vulkanik yang berat di lereng gunung slamet. mudah-mudahan perjalanan turun ini lebih ringan dan menyenangkan. jarak datar menuju pos 8 adalah + 325 meter dengan beda tinggi + 90 meter, biasa di tempuh dalam waktu 10 - 22 menit. perjalanan turun dari pos 9 sangat menyenangkan, kami berfoto-foto ria dengan pemandangan indah yang terbentang di depan mata. kabut putih masih menyelimuti gunung slamet, namun sesekali angin meniup kabut untuk menjauh agar kami bisa menikmati indahnya langit biru di hiasi awan dan pemandangan hijau di bawah sana. jam 8.30 kami tiba di pos 8 (Samyang Jampang) + 3092 mdpl. lalu melanjutkan perjalanan menuju pos 7 (Samyang Kendit) + 3040 mdpl. banyak cerita dan pengalaman yang di dapat dari perjalanan ini, meskipun kadang tertatih-tatih berjalan menuju tujuan, namun dorongan semangat mampu menaklukkan hal yang berat. saya tiba di basecamp pendakian gunung slamet jam 3.30 sore.
Sekitar Jam 16.30 setelah memanjatkan do'a kepada Allah SWT, memohonkan keselamatan dan kelancaran dalam perjalanan menuju Dieng hingga kembali lagi ke Jakarta, kendaraan Elf yang kami tumpangi mulai meninggalkan halaman parkir gedung Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan. 13 jam berada di dalam kendaraan selama perjalanan menuju kawasan dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah cukup membuat lelah, meskipun beberapa kali sempat beristirahat untuk makan dan menunaikan shalat. pemandangan alam yang hijau dengan udara dingin khas pegunungan seakan menghipnotis kita, melupakan kelelahan yang dirasakan dalam perjalanan. sebagian sawah penduduk sudah mulai menguning, siap untuk di panen. jalan sempit, menanjak dan berliku menjadi tantangan tersendiri untuk bisa mencapai Dieng. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di Dieng. sarapan pagi dulu untuk mengisi perut yang lagi kosong lalu check in di penginapan, Flamboyan homestay Dieng www.flamboyandieng.com/index.html memasuki komplek candi arjuna, kita akan menemukan bangunan berupa panggung mirip denga pendopo yang di sebut Dharmasala. Bagian atas atau panggung bangunan ini memang sudah mengalami beberapa kali pergantian karena faktor pelapukan. Tapi, batu-batu di bawahnya yang menjadi pondasi tidak pernah mengalami pergantian. Dharmasala merupakan sebuah tempat bagi para umat Hindu untuk merapikan pakaian sebelum beranjak ke tempat persembahyangan. tak jauh dari bangunan Dharmasala kita akan menjumpai beberapa candi yang berdiri saling berdekatan yaitu: Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Puntadewa, Candi Sembadra dan Candi Srikandi. Dieng berasal dari kata jawa kuno (kawi) yang berarti tempat arwah para leluhur. dataran tinggi Dieng adalah kawah mati yang terisi air. tampaknya diperlukan proses pengeringan sebelum menjadi tempat suci agama Hindu. Telaga Warna Dieng Goa Semar sebelum jam 4 subuh kami sudah berangkat dari penginapan demi menyambut matahari pagi di Gunung Sikunir. suhu udara Dieng dikala subuh sangat dingin, untuk menjaga tubuh tetap hangat, saya menggunakan 2 buah jaket. alhamadulillah it's work to keep me warm. dengan di pandu oleh penduduk setempat, kami mulai berjalan mendaki bukit sikunir mencari tempat terbaik untuk menantikan cahaya mentari pagi menyinari alam semesta. detik-detik kemunculan matahari memberikan warna alam yang sungguh fenomenal. langit yang tadinya gelap gulita hanya berhiaskan bulan dan bintang, secara perlahan berubah warnanya. gumpalan awan putih seperti kapas terlihat jelas, rasanya ingin sekali menyentuhnya. tak salah lagi menyebut tempat ini sebagai negeri di atas awan. Subhanallah..... hanya kata itu yang tepat untuk menggambarkan keindahan ini. sungguh sempurna ciptaan Allah SWT. ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan matahari terbit dari atas gunung. setelah turun dari bukit Sikunir, saya melihat ada danau kecil, ternyata itu adalah Telaga Cebong. airnya yang jernih memantulkan keindahan perbukitan di sekitar. Telaga Cebong berada di desa Sembungan, Kec. Kejajar, Kab. Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan desa tertinggi di pulau jawa. Acara yang dinanti pun tiba yaitu ritual potong rambut gimbal. anak-anak rambut gimbal yang ikut dalam ritual ini di dampingi oleh orangtua masing-masing, diarak berkeliling desa dan berakhir di komplek Dharmasala yang berada di dalam komplek candi Arjuna. sejarah dataran tinggi Dieng. dataran tinggi dieng adalah kawasan vulkanik yang terbentuk secara bertahap sejak masa kuarter, 2 juta tahun yang lalu. tahap awalnya , aktivitas erupsi vulkanik membentuk kawah dan pegunungan. tahap kedua, sebagian kawah tidak aktif lagi dan menjadi kantong-kantong air hujan di dataran di antara pegunungan. tahap ketiga, kegiatan vulkanik di dalam bumi masih terus berlangsung dan pengaruh larutan hidrotermal menyebabkan terjadinya mata air panas dan kawah-kawah baru. proses ini berlangsung hingga sekarang. mencoba sesuatu yang baru dengan mendaftar open trip melalui www.tukangjalan2.blogspot.com/2012/05/trip-dieng-culture-festival-dcf-iii.html namun pada hari H digantikan oleh @greenventour. Sedikit heran tapi gak masalah juga sih, yang terpenting bisa mengikuti DCF III dan menikmati keindahan alam Dieng. perjalanan ini sangat berkesan. Terimakasih teman-teman atas kebersamaannya dan pelayanan yang ramah dari @greenventour.
|
Liza
Seorang perempuan biasa yang selalu ingin menambah ilmu dan pengalaman. Archives
March 2019
Categories
All
|